Sabtu, 15 September 2012

Sherlock Holmes “A Study In Scarlet” Bab 1 “Mr.Sherlock Holmes” Seri 2


SEBELUMNYA DI SHERLOCK HOLMES “A STUDY IN SCARLET”
=Pada tahun 1878 aku mendapat gelar umum dalam Universitas London, dan melanjutkan ke Netley untuk mengikuti pendidikan ahli bedah khusus angkatan darat. Setelah menyelesaikan pendidikanku, aku dimasukan dalam resimen Northumberland Fusiliers Kelima sebagai asisten ahli bedah.=

=Perang Afganisthan kedua mendatangkan penghargaaan dan promosi bagi banyak orang, tapi malah yang kuterima malah kesialan dan bencana. Aku dipindahkan ke resimen Berkshires dan berjuang bersama mereka dalam pertempuran yang fatal di Maiwand.=


=Aku tertembak dalam pertempuran itu. Peluru Jezail mengenai bahuku dan menembus sampai tulang serta arteri. Hamper saja aku jatuh ke tangan Ghazi yang gemar membunuh, kalau bukan karena jasa mantriku Murray.=

=kondisiku begitu lemah sehingga para dokter segera memutuskan untuk segera memulangkanku ke Inggris. Tanpa menyia-nyiakan waktu seharipun, aku diberangkatkan dengan kapal perang Orontes, dan mendarat sebulan kemudian di dermaga Portsmouth.=

Sherlock Holmes “A Study In Scarlet”
Bab 1
“Mr.Sherlock Holmes”
Seri 2

Aku tidak memiliki kerabat di inggris, jadi hidupku sebebas udara---atau lebih tepatnya, orang yang berpenghasilan sebelas shilling enam penny sehari. Dalam keadaan seperti itu, jelas aku tertarik ke London, tempat berkumpulnya pemalas dan penggangur. Selama beberapa waktu aku tinggal di sebuah hotel di Strand, menjalani kehidupan yang tidak nyaman dan tidak berarti, menghabiskan uang lebih boros dari yang seharusnya. Kondisi keuanganku jadi morat-marit, sehingga kemudian aku menyadari bahwa aku hanya punya dua pilihan: meniggalkan ibukota dan berkarat disuatu tempat di pedalaman, atau mengubah cara hidupku secara total. Memilih yang terakhir, aku membulatkan tekad untuk meninggalkan hotel dan mencari tempat lain yang tidak semewah dan semahal hotel tersebut.
          Tepat pada hari aku mengambil keputusan itulah aku bertemu dengan Stamford, mantri yang bertugas memerban luka di bawah pengawasanku di rumah sakit Barts. Stamford menepuk bahuku ketika aku sedang berdiri di bar Criterion. Kehadiran wajah yang familier dibelantara London ini merupakan kejutan menyenangkan bagi pria yang kesepian seperti aku. Meskipun dulu kami tidak terlalu akrab, sekarang aku menyapa Stamford dengan antusias. Pemuda itupun tampak senang bertemu denganku. Dalam kegembiraan yang meluap, kuajak Stamford makan siang di Holborn, dan kami menuju kesana dengan kereta kuda.
          “apa saja yang kau lakukan selama ini, Watson?” Tanya Stamford saat kereta kami menderap menyusuri jalanan London yang ramai. “kau tampak kurus dan cokelat sekali”
          Kuceritakan secara singkat pengalamanku, dan belum lagi selesai sewaktu kami tiba di tempat tujuan.
          “malang sekali!” komentar Stamford setelah mendengar musibah yang menimpaku.
“sekarang apa rencanamu?”
          “mencari tempat tinggal,” jawabku, “mencoba memecahkan masalah, apakah mungkin mendapatkan kamar dengan harga yang murah dan nyaman”
          “aneh,” kata Stamford, “kau orang kedua hari ini yang berkata begitu padaku”
          “siapa orang pertama?” tanyaku
          “rekan kerjaku di laboraturium kimia di rumah sakit. Tadi pagi dia mengeluh karena dia tidak dapat menemukan orang yang dapat berbagi dengannya. Dia menemukan apartemen yang nyaman, tapi biaya sewanya terlalu tinggi untuk ditanggung sendiri”
          “kebetulan sekali!” Seruku “kalau dia benar-benar sedang mencari orang untuk berbagi tempat tinggal dan biaya sewanya, akulah orang itu! Aku lebih suka tinggal bersama teman daripada sendiri!” bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar