Darren  Aronofsky paham betul bagaimana cara membuat film horror / thriller  yang baik tanpa harus melibatkan dedemit, pembunuh berdarah dingin  maupun rumah angker. Aronofsky menyadari bahwa sesungguhnya hati dan  pikiran manusia jauh lebih mengerikan daripada makhluk halus dan  tersimpan berbagai misteri di dalamnya yang hanya diketahui oleh sang  empunya dan Tuhan saja. Jika hati dan pikiran tidak dijaga dengan baik,  maka jiwa dapat dengan mudah dirasuki oleh kekuatan jahat yang tak  terbayangkan. Black Swan adalah sebuah cara dari Aronofsky untuk menyampaikan pesannya kepada masyarakat  luas bahwasanya manusialah yang harus ditakuti, bukan setan. Pada  dasarnya, setan itu adalah manusia sendiri dengan segala tipu daya dan kepalsuan. Ah, rumit sekali. Ya, Black Swan memang rumit dan ini tidak sekadar film drama pshycological biasa  dengan bumbu thriller dan horror agar terlihat mencekam, namun ada yang  lebih dari itu. Namun tentu saja Aronofsky tidak membuatnya serumit Inception meski jelas ini bukan tipe film yang bisa dibilang ringan.
Black  Swan sendiri dikisahkan sebagai kembaran dari White Swan dalam  pertunjukkan balet bertajuk Swan Lake gubahan Tchaikovsky yang harus  dimainkan dengan baik oleh Nina (Natalie Portman) atau dia akan  kehilangan perannya ini. Interpretasinya terhadap White Swan memang  sudah bagus, namun dia masih dianggap kaku oleh Thomas Leroy (Vincent  Cassel), sang sutradara, saat berubah menjadi Black Swan. Disinilah  kondisi psikologis Nina perlahan mulai terganggu tatkala dia berupaya  terlalu keras untuk menjadi sempurna dan memuaskan semua orang. Perannya  sebagai Swan Queen perlahan mulai mencampuri kehidupan pribadinya dan  Nina tak bisa lagi membedakan mana kenyataan dan mana yang sekedar  ilusi. Sosok ibu (Barbara Hershey) yang seharusnya menjadi pelindung dan  pendukung justru malah justru menjadi penyebab utama rusaknya mental  Nina dengan segala kekangan dan tekanan. Hadirnya pendatang baru  berbakat di New York City company, Lily (Mila Kunis), membuat segalanya  menjadi rumit. Lily menawari Nina minuman beralkohol, narkoba, badan  bertato hingga seks bebas yang liar. Leroy juga sempat mempertimbangkan  Lily sebagai pengganti Nina setelah melihatnya mampu memainkan Black  Swan dengan apik. Segala macam kegilaan, tekanan dan ketakutan ini pada  akhirnya memuncak hingga kemudian Nina bertemu dengan sesosok doppelgänger yang terus menghantuinya.
Sebuah  film thriller psikologikal yang menegangkan sekaligus mencekam berhasil  diciptakan dengan sangat menawan oleh Darren Aronofsky. Sepanjang 108  menit, tak sekalipun ada momen yang membuat penonton merasa bosan atau  terkantuk - kantuk, namun yang ada justru rasa penasaran yang terus  meningkat tensinya di setiap menit. Salah besar jika kalian menganggap Black Swan hanyalah drama biasa yang bertutur mengenai seorang penari balet yang  hidupnya penuh tekanan. Berbeda dengan karya Aronofsky sebelumnya, The Wrestler, aroma horror dan thriller justru kental terasa di Black Swan.  Misteri demi misteri digulirkan oleh Aronofsky hingga memuncak di  klimaks film yang mencegangkan sekaligus mengagumkan. Adegan  transformasi Nina menjadi Black Swan merupakan salah satu adegan film  terbaik di tahun 2010 yang menggabungkan antara special effect yang  mulus, sinematografi yang indah dan editing yang cermat. Siapapun  rasanya akan dibuat kagum sekaligus miris melihat adegan yang cantik  ini. Oh iya, hampir saja lupa menyinggung ilustrasi musik dari Clint  Mansell yang sangat indah dan memukau itu. Hingga film berakhir pun,  musik gubahan Mansell ini terus terngiang di telinga dan masih sulit  dilupakan hingga beberapa hari ke depan. 
Sukses membuat Ellen Burstyn bersinar di Requiem for a Dream dan Mickey Rourke bermain gemilang di The Wrestler,  kini saatnya bagi Natalie Portman menjadi 'korban' Aronofsky  berikutnya. Sekali ini tak hanya Portman yang kebagian durian runtuh,  tetapi juga Mila Kunis yang sebelumnya terbiasa bermain di film remaja  ringan. Meski harus menempuh 6 bulan pelatihan fisik dan ballet yang  melelahkan, bahkan kabarnya Portman sempat mengalami depresi, toh pada  akhirnya segala pengorbanan itu berhasil terbayar dengan memuaskan.  Portman bermain sangat meyakinkan sebagai Nina yang hidupnya didominasi  oleh kepedihan, ketakutan dan halusinasi. Seorang gadis lugu yang hancur  kehidupannya karena harapan dan mimpi yang terlalu muluk - muluk serta  ketakutan yang berlebihan. Sulit membayangkan peran ini dibawakan oleh  aktris lain. Sekali lagi, Darren Aronofsky sukses melakukan tugasnya  dengan sangat baik. 
Black Swan mungkin bukan yang terbaik di genrenya, namun apa yang dihasilkan oleh  Aronofsky ini melebihi harapan siapapun yang menontonnya, terutama  dengan penampilan cantik dari Natalie Portman. Mungkin tak semua orang  puas dengan ending film ini, sebaliknya justru gemas dengan cara  penyelesaian Aronofsky. Namun saya merasa justru memang seharusnya  seperti ini Black Swan  diakhiri. Pertanyaan akan segala misteri tak serta merta dijawab secara  gamblang, penonton diminta untuk menafsirkannya sendiri. Misterius  adalah kunci yang menjadikan Black Swan terasa menarik. Apa menariknya jika kemudian Aronofsky menjelaskan semuanya dengan panjang lebar ? Pada akhirnya, Black Swan tidak hanya menjadi pencapaian tertinggi bagi Portman dan Aronofsky,  tetapi juga membuat Kunis, Cassell, Hershey dan Winona Ryder kembali ke  posisi yang patut diperhitungkan di Hollywood. Black Swan dengan segala keindahan, kemisteriusan dan kejutannya, sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Outstanding
Trailer :




 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar