Kamis, 14 Februari 2013

Hadiah Terbaik Untuk Valentine

Hadiah Terbaik Untuk Valentine Day on www.Poztmo.com - Tak terasa, Valentine Day akan segera tiba, 14 Februari, dimana kasih sayang akan diberikan pada yang spesial di hidup kita, hadiah-hadiah akan diberikan pada orang orang yang kita kasihi. Mulai hadiah termahal, baik itu liburan ke Monaco, cincin berlian, ataupun hadiah mewah lainnya, seperti makan malam di restoran mewah.

Namun Doskoyan bingung kira-kira apa hadiah terbaik untuk valentine Day kali ini? Hadiah yang berkesan, namun tanpa perlu anda merogoh kantong anda begitu dalam.  Nah, berikut ini adalah beberapa ide yang bisa anda coba sebagai hadiah bagi valentine anda tanpa perlu mengeluarkan biaya yang besar, namun dipercaya cukup efektif membuat kekasih anda terkesan dan akan membuat hari valentine day anda begitu bermakna.









Silahkan di simak. ^_^

Coklat. Hem.. terkesan klasik, namun bagaimanapun Coklat adalah hadiah terbaik untuk hari Valentine. Sebuah kotak merah berbentuk hati, yang mana saat dibuka maka akan terlihat sebatang coklat dengan tulisan I Love You diatasnya. Namun bagi ada yang ingin lebih tampil beda dalam urusan Valentine Day dan Coklat ini, mungkin anda bisa mencoba atau meniru hadiah yang disajikan ciamik di The Melting Pot, restoran Romantis di Long Island.


hadiah valentine

Dengan menampilkan coklat dalam bentuk yang berbeda, wadah berisi coklat yang meleleh, maka kesan valentine day anda akan lebih istimewa dari sebelumnya. Classic but romantic. Modalnya pun tak cukup mahal, bahkan anda  bisa memesan ke toko-toko pembuat kue dan coklat di sekitar wilayah anda. Biaya perkiraan : Rp. 200.000,-

Boneka. Imut, lucu, dengan warna pink yang melambangkan cinta, adalah hadiah istimewa bagi idaman hati anda. Pemilihan boneka bisa anda sesuaikan dengan karakter dari orang yang anda ingin hadiahi boneka ini.

hadiah valentine day terbaik

Misalnya jika kekasih anda tipe romantis, maka hadiah boneka berbentuk bantal hati berwarna pink akan menjadi sangat spesial. Atau boneka beruang yang tengah memeluk hati dengan tulisan namanya terukir diatas boneke tersebut, akan menjadi hadiah yang akan mendatangkan senyuman bahagia bagi kekasih anda. Banyak model boneka yang bisa anda pilih, triknya, sesuaikan dengan karakter orang yang akan anda beri hadiah Valentine Day tersebut. Biaya perkiraan : Rp. 100.000,-

Bunga. Salah satu hadiah klasik untuk valentine day yang tak lekang oleh waktu. Murah, meriah, namun penuh makna yang dalam. Sekuntum bunga mawar merah hati akan menjadi hadiah manis bagi kekasih anda. Sambil bertekuk lutut didepannya, dan membisikkan kata katamutiara seperti  "I Love You... Be My Valentine", sekuntum mawar yang harganya tidak lebih dari 10 ribu itu akan begitu dalam bermakna.

hadiah bunga valentine

Tidak percaya? Buktikan saja. Kuncinya adalah momentum. Berikanlah bunga itu dalam kondisi romantis, saat suasana tengah syahdu dengan alunan musik-musik cinta dan denting-denting dawai kerinduan. Trik ini dijamin akan membuat kekasih anda klepek-klepek. Murah, meriah, efektif. Biaya perkiraan : Rp. 50.000,-

Kartu Kata Mutiara Valentine Day. Lagi-lagi classic gift alias hadiah jadul. Namun lagi-lagi hadiah yang sangat efektif bagi kekasih anda. Bagi sosok-sosok yang tengah dirundung romantisme, secarik kertas berisikan kata-kata mutiara cinta romantis di hari Valentine Day akan lebih bermakna dan menyentuh kalbu dibandingkan hadiah-hadiah lainnya.

kartu ucapan valentine day

Apalagi Kartu Valentine Day cukup murah, bahkan bisa dibuat sendiri jika anda memiliki jiwa seni. Dengan menuliskan kata kata cinta yang bisa anda ambil contohnya di artikel Kata Mutiara Cinta, maka kartu Valentine Day anda akan membuat si Dia makin cinta, makin sayang, makin mesra, makin romantis, dan makin-makin lainnya. Biaya Perkiraan : Rp. 20.000,-


Diantara hadiah valentine day murah meriah diatas, manakah yang Doskoy akan pilih? It up to your Self.

Selasa, 12 Februari 2013

3 Cerita Sejarah Valentine


Tanpa terasa tahun 2012 sudah memasuki bulan yang kedua, yaitu bulan Februari. Seperti yang kita ketahui, bahwa sebagian besar penduduk bumi ini berpendapat kalau bulan Februari adalah bulan yang penuh kasih sayang. Ya, kita lebih mengenalnya dengan hari Valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Di bumi ini, ada banyak sekali orang yang turut merayakan hari tersebut, terutama dari kalangan remaja di dunia. Tanpa terkecuali di Negara kita, bahkan tidak sedikit pula remaja di Indonesia yang merayakan hari itu.


Mungkin selama ini kita kerap kali merayakan hari Valentine tanpa mengetahui darimana datangnya tradisi tersebut dan apa makna yang sesungguhnya. Yang kita selama ini kita tahu dari hari Valentine hanyalah hari yang penih kasih sayang dan juga hari dimana ketika orang saling bertukar Kado atau sekedar memberikan Cokelat. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa hari Valentine adalah hari yang dominan dalam mencari pasangan ataupun sekedar berkencan mesra dengan pasangan.

Oleh karena itu saya mencoba untuk menguak asal-usul sejarah Perayaan Hari Valentine, dengan harapan supaya kita semua bisa lebih cerdas dalam merayakan suatu acara. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa mengetahui arti penting dari tradisi perayaan hari tersebut. Berikut adalah beberapa penggal riwayat atau sejarah Valentine yang mungkin dapat membantu kita dalam mengenal asal-muasal perayaan hari tersebut.


Sejarah Yang Pertama


Valentine adalah nama dari seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal sangat kejam. Ya, Valentine sangat membenci Kaisar tersebut. Claudius sangat berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya. Namun sayangnya keinginan ini kurang mendapat dukungan, dikarenakan pada saat itu kaum pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya, hal ini membuat Claudius marah besar. Dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Saat itu Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, maka dengan senang hati mereka akan bergabung dengan militer. Lalu disaat itu juga Claudius melarang adanya pernikahan, dengan harapan pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Namun lagi-lagi usaha keji Claudius digagalkan oleh St. Valentine, saat itu Valentine menolak untuk melaksanakan aksi gila sang Kaisar. Tanpa rasa takut Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun ritual ini dilakukan secara rahasia. Akan tetapi Claudius mencium adanya suatu pembrontakan dan sang Kaisar pun langsung memberikan peringatan keras terhadap Valentine. Namun lagi-lagi usaha sang Kaisar tidak membuahkan hasil, St. Valentine sama sekali tidak menggubris peringatan tersebut dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi oleh cahaya lilin.

Sampai pada suatu malam, Valentine tertangkap basah oleh sang Kaisar ketika dia tengah memberkati salah satu pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Saat itu Claudius benar-benar sangat murka terhadap Valentine. Lalu sang Kaisar memerintahkan salah seorang prajuritnya untuk menangkap Valentine, namun pasangan yang tengah diberkati tersebut berhasil lolos dan melarikan diri. Hingga pada akhirnya Valentine dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.

Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar alias benul eh betul. Pada hari saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu tahun berapa, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu. Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.


Sejarah Valentine Yang Kedua


Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, yang dimana dipercayai bahwa tanggal 14 Februari adalah hari dimana ketika burung sedang bermusim mencari pasangan untuk kimpoi. Kepercayaan ini ditulis pada karya sastrawan Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Didalam ceritanya, Ia menulis sebuah kalimat "Parlement of Foules" (Percakapan Burung-Burung) yang didalamnya terkandung kalimat " For this was sent on Seynt Valentyne’s day " (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus). Whan every foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya).

Di zaman tersebut, saling bertukaran catatan pada hari valentine dan memanggil pasangan Valentine mereka adalah suatu hal yang lazim bagi mereka yang saling mencintai. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di London, yang kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai Santo Valentinus diciptakan pada zaman sekarang ini. Dan beberapa di antaranya bercerita bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus bertemu dengan ajalnya sebagai seorang yang martir (mati syahid), ia telah menuliskan sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu". Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, Santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka diam-diam.


Sejarah Valentine Yang Ketiga


Menurut Tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion. Bulan Gamelion adalah bulan yang dimana pada saat itu berlangsungnya pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Pada zaman Romawi kuno, tanggal 15 Februari adalah tanggal yang dikenal sebagai hari raya Lupercalia. Sebuah perayaan Lupercus, Dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Perayaan tersebut bertujuan sebagai ritual penyucian, yang dimana para Pendeta Lupercus akan mempersembahkan korban sembelihan kambing kepada Dewa. Setelah meminum anggur, mereka akan berlari-lari disekitar jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan. Sebagian ahli sejarah mengatakan ini sebagai salah satu sebab cikal bakal Hari Valentine.


Kurang lebih seperti itulah gambaran dari sepenggal sejarah kecil mengenai asal-muasal dan makna dari tradisi tentang perayaan Hari Valentine. Semoga dari keterangan diatas, dapat membantu kita didalam mengetahui makna yang terkandung pada perayaan Hari Valentine. Sekian dari saya dan kurang lebihnya mohon maaf, semoga bermanfaat

Senin, 11 Februari 2013

REVIEW: "The Twilight Saga: Breaking Dawn Part II"


"I thought we would be safe forever. But "forever" isn't as long as I'd hoped." - Bella

Tidak ada franchise yang beranjak dari novel berseri yang lebih fenomenal ketimbang The Twilight Saga. Bagaimana tidak, dari sejumlah franchise yang mengambil sumber dari karya sastra, hanya kisah percintaan terlarang antara manusia dan vampir ini yang mampu mengumpulkan basis massa dan pembenci dalam jumlah yang sama besarnya. Ketika salah satu seri dilempar ke bioskop, para penggemar dengan segera berbondong-bondong menyesaki bioskop seolah itu adalah satu-satunya hari dimana film tersebut diputar sementara ‘haters’ memenuhi linimasa dengan segala nyinyiran dan cibiran terbaik mereka untuk seri ini. Anda tidak akan menemukan segala kehebohan ini dalam Harry Potter, The Hunger Games, apalagi The Lord of the Rings. Dan, franchise yang fenomenal ini pun telah memasuki edisi terakhirnya dalam The Twilight Saga: Breaking Dawn Part II. Layaknya seri penutup dari penyihir remaja asal Inggris, seri penutup dari ‘sparkling vampire’ ini pun sejatinya dibuat untuk satu film yang kemudian diputuskan untuk dipecah menjadi dua demi memuaskan hasrat ‘fans’ yang tentunya mengharapkan perlakuan istimewa sebelum berpisah dengan sang idola. Saya sesungguhnya cukup penasaran dengan cara Bill Condon menutup franchise yang jilid terakhirnya ini mengusung tagline yang terbilang berani, ‘the epic finale that will live forever’. Akankah The Twilight Saga: Breaking Dawn Part II menjadi sebuah penutup yang epik atau malah justru anti-klimaks? 

Melanjutkan dari apa yang berakhir di jilid pertama, Bella Swan (Kristen Stewart) telah bertransformasi menjadi vampir yang memungkinkan dia untuk menjalani kehidupan pernikahan yang ‘happily ever after’ bersama Edward Cullen (Robert Pattinson). Setelah ‘the never ending intercourse’ di film sebelumnya yang sungguh melelahkan, akhirnya penonton mendapatkan sajian konflik yang sesungguhnya di seri pamungkas ini. Putri Bella dan Edward, Renesmee (Mackenzie Foy) mengalami pertumbuhan fisik secara cepat dan tidak wajar. Irina (Maggie Grace), salah satu anggota dari keluarga Denali yang melihat Renesmee kala tengah menikmati udara segar bersama Bella dan Jacob Black (Taylor Lautner), mengira Renesmee adalah ‘anak abadi’. Mengingat ini melanggar hukum vampir yang diciptakan oleh Volturi, maka Irina pun menghadap ke Aro (Michael Sheen) dan melaporkan perbuatan keluarga Cullen. Mengetahui bahwa Volturi segera menyerang Cullen berdasarkan penglihatan dari Alice (Ashley Greene), maka Carlisle (Peter Facinelli) pun mengutus keluarganya mengumpulkan kerabat-kerabat mereka dari seluruh dunia untuk bersaksi di depan Volturi bahwa Renesmee bukanlah ‘anak abadi’. 

Dengan mudah saya bisa mengatakan kepada Anda bahwa Breaking Dawn Part II adalah seri terbaik dari The Twilight Saga. Memang tidak sampai dalam tahapan mengagumkan atau epik seperti yang saya harapkan, akan tetapi Bill Condon mampu menghantarkan franchise ini ke sebuah penutup yang layak. Dengan garis konflik yang tidak lagi bercabang dan cenderung fokus kepada nasib Renesmee, Melissa Rosenberg mampu menata jalinan kisah dengan lebih rapi. Bahkan, untuk sekali ini, berani membelokkan cerita dengan suntikan ‘twist’ pada klimaks yang terbilang cukup mencengangkan. Penonton bersorak sorai antara terkejut, senang, atau bahkan kecewa setelah apa yang sesungguhnya terjadi terungkap. Keberanian dalam menyuguhkan ‘twist’ dan sedikit melenceng dari sumber asli ini menjadi kekuatan utama dari film ini. Baik Condon maupun Rosenberg menyadari bahwa mereka tidak akan mampu menyuguhkan penutup yang sempurna apabila tetap berpegang teguh kepada tulisan Stephenie Meyer dan mempertontonkan kemesraan yang tiada berkesudahan. 
Meski demikian, Breaking Dawn Part II tidak lantas berakhir tanpa meninggalkan kekurangan. Produk ini masih tetap jauh dari kata sempurna. Untuk mencapai sebuah klimaks yang menggetarkan, penonton kudu melalui paruh awal yang... ya, Anda tahu sendiri, sangat The Twilight Saga. Romantisme berlebihan digeber sedemikian rupa di menit-menit awal. Beruntung dosisnya tidak setinggi empat film pertama. Alur pun melaju dengan sangat perlahan, demi memastikan tidak ada bagian penting yang terlewatkan untuk fans. Di paruh ini Anda akan menyaksikan bagaimana Bella berusaha untuk menyesuaikan diri dengan wujud barunya, Charlie Swan (Billy Burke) yang kebingungan melihat Bella, serta sedikit letupan konflik seusai Bella mengetahui bahwa Jacob meng-‘imprint’ Renesmee. Untuk mengurangi rasa bosan, maka humor dan sinematografi indah – walau tak sekuat bagian pertama, dijadikan sebagai penawar. Sayangnya, hal itu tidak membantu banyak. Kesalahan bisa dialamatkan kepada trio Kristen Stewart, Robert Pattinson, dan Taylor Lautner yang hingga film kelima ini masih saja tidak berkembang. Tanpa ekspresi dan tanpa chemistry. Hambar. Untungnya dukungan dari supporting cast – khususnya Michael Sheen yang tampil brilian sebagai Aro – sedikit banyak membantu film dari keterpurukan. 
Setelah awal yang melelahkan dan berpanjang-panjang, secara perlahan eskalasi tensi yang diharapkan oleh penonton sejak menit pertama pun dimunculkan. Bill Condon turut mendengarkan permintaan dari ‘non-fans’. Volturi yang belum sempat unjuk gigi akhirnya memeroleh kesempatan untuk ‘show off’. Breaking Dawn Part II hadir lebih gelap dari jilid sebelumnya dengan adanya kematian, mayat-mayat bergelimpangan, kepala yang terlepas dari tubuh, dan tentunya darah. Sebagian besar adalah hasil ‘kerja keras’ dari Volturi. Ketegangan mencapai puncaknya setelah pertempuran akbar antara pasukan Volturi dan pasukan Cullen dimulai. Seperti yang telah saya sebutkan di dua paragraf sebelum ini, kehadiran ‘twist’ turut menyelamatkan film secara keseluruhan walau efek khusus yang memprihatinkan – terutama penggambaran ‘werewolf’ yang masih saja tidak meyakinkan walau telah diberi suntikan dana berlimpah – cukup mengganggu kenikmatan menonton selain chemistry hambar antara tiga pemain utama dan romantisme yang menggelikan. 
Well, pada akhirnya, apakah saya akan mengatakan bahwa The Twilight Saga: Breaking Dawn Part II adalah sebuah penutup yang epik? Hmmm... Terlalu berlebihan jika saya menyebutnya epik, saya cukup mengatakan bahwa ini adalah seri terbaik dari franchise ini. Tentu saja tidak sempurna, namun yang jelas, dapat dinikmati dan tidak membuat saya ingin menggantung diri di dalam gedung bioskop atau mencakar muka Bella yang biasanya saya alami kala menyaksikan The Twilight Saga. Bill Condon memang belum mampu memerbaiki kesalahan utama franchise ini yang berkisar pada efek khusus maupun chemistry antar pemain, akan tetapi dia telah berhasil menyuguhkan sebuah perpisahan yang tidak memalukan dengan jalinan penceritaan yang lebih baik, sinematografi yang cantik, dan adegan pertarungan berbalut twist yang cukup mencengangkan. Dan jika Anda bertanya bagaimana dengan deretan lagu yang mengisi album soundtrack-nya? Seperti biasa, jauh mengungguli filmnya. Fans akan keluar dari gedung bioskop dengan senyum terlebar yang pernah mereka tunjukkan kepada dunia, pecinta film akan berdiskusi soal film ini dengan teman atau meng-update status ‘not bad lah’, sementara haters... will always hate.

Note : Kala credit title mulai bergulir, semua tokoh dari Twilight hingga Breaking Dawn Part II dimunculkan sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah bersedia menjadi bagian dari keluarga franchise ini. 

Acceptable 


10 Artikel Doskoy World Yang Paling Banyak Dikunjungi Bulan Ini

Selamat malam Doskoyan! :D "Gong Xi Fat Choi" sekali lagi,... hehe, "malem-malem gini mau share apa,Doskoy?" terus Doskoy bakal jawab.... "Kalian gak Bisa Baca Ya?" hahaha, maaf ya... jadi gini setelah sebelumnya Doskoy pernah update artikel yang serupa tapi yang sebelumnya dalam periode 2012, tapi kali ini dalam periode satu bulan(13-01-2013 s/d 11-02-2013), ada juga lho! beberapa artikel yang sebelumnya masuk "Top Ten" periode 2012 dan juga sekarang masih juga masuk periode bulan pertama 2013, mari dilihat! :D



10. PEMERINTAH AS MENKONFIRMASI ADANYA PUTRI DUYUNG
setelah sebelumnya di periode 2012 artikel ini berhasil mendapat peringkat ke-4, tapi kemerosotan dialam artikel yang banyak menjebak Doskoyan ini,,, lho?! kok menjebak sih?!! tau aja lah.....

9. AVATAR: THE LEGEND OF KORRA
serial baru yang satu ini berhasil meraup sekitar 100 pasang mata, yang artinya 50-an Doskoyan yang melihat! Doskoy tidak mengupload tempat downloadnya,, entar kalo Doskoy tulis, entar gimana??

8. 5 FORMASI MEMATIKAN DALAM GAME PLANTS VS ZOMBIES
Doskoy sebenarnya gak terlalu suka dengan artikel ini, meskipun artikelnya buat sendiri tapi ada commenters (yang juga BLOGGER) yang taulah sendiri....

7. REVIEW: "REAL STEEL"
wow!!! Review film yang merupakan rubrik baru yang baru beberapa minggu baru muncul dan flala! salah satu artikel review masuk! :D

6. PERTANYAAN LOGIKA: PINTER GAK SIH LOO?
percaya gak percaya dalam Periode 2012 artikel yang satu ini juga mendapat peringkat ke-6 lho!! gak percaya?? liat dong! Doskoy juga baru sadar

5. SINOPSIS SHERLOCK HOLMES 1,2,3, DAN 4
meskipun artikel ini mengalami kemunduran peringkat, dan... tapi tunggu dulu?? gak ada lho... artikel dalam periode 2012 mengalami kenaikan D:

4. BAHASA "G" PART 1: PEMBELAJARAN
ya-ya artikel ini juga dikotori oleh orang yang sama dengan artikel peringkat ke-8, tapi artikel ini lumayan lho, Doskoyan bisa ngatain temen kayak gini "Dogoskogoyagan bagaigik segekagaligi" kurang lebih kayak gitu :D

3. CARA MEMBUAT BALON DARI PERMEN KARET
ternyata ada artikel di periode 2012 naik dari no 7 ke no 3 wow!! Doskoy musti sering-sering foto dan upload kesini deh! :)

2. MEME COMIC INDONESIA (DOSKOY VERSION) PART 3
dan ternyata artikel yang satu ini bisa masuk lagi! :D dan hanya turun 1 peringkat!!! :D harusnya Doskoy sedih ni.... :(

1. 100 FILM YANG AKAN TAYANG 2013 MENDATANG!!!
shiyalalalalalala! wow! udah gitu aja komentarnya...

5 Karakter Yang Ada Di Film Zombie

Karakter-karakter-yang-Ada-di-Film-Zombie
Biarpun intinya semua sama, tapi film zombie emang rata-rata selalu seru ditonton. Kenapa? Gak tau ya, mungkin karena seru aja gitu kali ya ngeliat zombie dibantai-bantai. Tapi film zombie itu tentu gak seru kalo gak ada karakter-karakternya. Ya iyalah, apa serunya cuma ngeliatin zombie jalan-jalan (atau lari) doang, tapi gak ada jagoannya. Nah, ada beberapa karakter yang selalu ada di film zombie, misalnya:

 

1. Si Survivor

Contoh: Columbus di film Zombieland atau Glenn di Walking Dead
Si Survivor ini adalah orang-orang yang gak macem-macem dan biasanya cuma mikirin yang penting selamat aja. Mereka biasanya punya aturan-aturan yang mereka patuhi sendiri dan aturan-aturan inilah yang bisa bikin mereka selamat sampe lama. Tapi ya namanya film zombie, biasanya ada momen dimana si survivor ini harus melanggar aturannya sendiri, sehingga menempatkan dirinya pada bahaya gitu deh.

2. Si Jagoan

Contoh: Daryl di Walking Dead, Tallahasee di Zombieland
Nah ini. Biasanya karakter-karakter ini yang bikin film zombie jadi keren nih. Karakter-karakter ini biasanya nyebelin di awal film, tapi kemudian makin ke belakang jadi baik. Mereka ini biasanya gak ada takutnya sama zombie dan kayaknya seneng gitu berburu zombie. Pokoknya jagoan banget lah.

3. Si Penjahat

Contoh: Tentara-tentara di 28 Days Later, Orang-orang kaya di Land of The Dead
Yang ini nyebelin banget nih. Udah tau dunia kacau gara-gara zombie, masih aja jadi jahat. Biasanya sih, di film-film zombie itu selalu ada karakter manusia yang jahat. Mereka punya agenda sendiri dan gak peduli kalo harus ngorbanin orang lain, yang penting dia bisa mencapai tujuannya itu. Biasanya sih penjahat manusia itu justru lebih bahaya dari zombie ya, karena bisa mikir udah gitu bisa megang senjata lagi.

4. Si Clueless (yang Abis Itu Jadi Jagoan)

Contoh: Rick di Walking Dead, Jim di 28 Days Later, Shaun di Shaun of The Dead, siapapun karakter utama di film zombie
Ini adalah orang-orang yang awalnya gak tau apa yang terjadi, terjebak di dunia penuh zombie, dan dia punya satu tujuan mulia gitu. Tujuannya ini bisa mau nyelamatin pacar, mau ketemu keluarga, atau apalah. Intinya sih pada akhirnya si clueless ini yang biasanya jadi jagoan film.

5. Si Penonton

Ya kamu semua yang suka nonton film zombie. Selalu ada dong di film zombie? Kalo gak ada kamu yang nonton ya gak ada lagi yang bikin film zombie bukan? Nah, kalo kamu suka film zombie, berarti kamu harus banget nih nonton webseries terbaru dari XL Bebas dan #AskTheYoung yang judulnya 6 Bulan Kemudian.

Sumber: http://malesbanget.com/2013/02/karakter-karakter-yang-ada-di-film-zombie/#ixzz2KaJq9wg5
Copyright Malesbanget.com 2011
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives

Minggu, 10 Februari 2013

REVIEW: "The Bourney Legacy"


"Jason Bourne was just the tip of the iceberg." - Eric Byer 

Setelah tiga film Jason Bourne yang sukses meraup ratusan juta Dollar serta menuai pujian dari berbagai pihak, rasanya kok sayang ya jika franchise ini dihentikan begitu saja sekalipun The Bourne Ultimatum telah memberikan sebuah konklusi yang memuaskan. Pihak studio tentu tidak akan keberatan untuk menggelontorkan uang berapapun jumlahnya demi terwujudnya jilid keempat dari petualangan manten agen rahasia CIA ini. Tapi, tapi... Paul Greengrass telah memutuskan untuk ‘walk out’ dari proyek, begitu juga dengan Matt Damon. Lantas apa yang bisa diperbuat? Apakah dengan menciptakan sebuah reboot semacam The Amazing Spider-Man dengan tim utama yang sama sekali baru, sekuel dengan melakukan recast untuk mencari pengganti Damon, atau malah sebuah spin-off? Ada banyak kemungkinan. Namun, the show must go on, meski tidak ada lagi Damon maupun Greengrass yang telah membawa franchise ini ke puncak kejayaan melalui The Bourne Supremacy dan The Bourne Ultimatum. Beruntung, Tony Gilroy yang telah menggarap naskah franchise ini sejak jilid pertama tidak ikut-ikutan kabur seperti kedua rekannya. Malahan, dia digamit untuk mengarsiteki The Bourne Legacy terlebih dia memiliki jejak rekam pernah menghantarkan film debutnya, Michael Clayton, untuk bertarung di Oscar. 
Pertanyaannya, akan dibawa kemana The Bourne Legacy ini? Bagian kreatif memutuskan untuk tetap berada di jalur instalmen, alih-alih reboot. The Bourne Legacy mungkin lebih tepat disebut sebagai sidequel. Meski nama Bourne masih dicatut sebagai judul film, pada kenyataannya sosok ini tidak pernah muncul dalam film, kecuali dalam wujud foto atau sebatas nama diucapkan oleh tokoh lain. Tony Gilroy yang turut menulis naskah, kali ini ditemani oleh saudaranya, Dan Gilroy, menciptakan jagoan anyar bernama Aaron Cross (Jeremy Renner). Sejak awal film yang dimulai di lokasi pelatihan regu operasi khusus Alaska hingga pertengahan film, Gilroy menggoda penonton dengan menyembunyikan identitas dari sang tokoh utama sehingga muncul dugaan-dugaan bahwa Renner adalah Jason Bourne. Hingga akhirnya foto Bourne muncul, maka penonton pun mingkem. Atau jangan-jangan ada twist di akhir kisah? Ah sudahlah, jangan terlalu banyak berspekulasi. Haha. Sepak terjang dari Aaron Cross ini mengambil latar waktu bersamaan dengan The Bourne Ultimatum tatkala Bourne disibukkan dengan upayanya untuk mengekspos Blackbriar dan Treadstone. Sebagai pengait, sekaligus untuk menyegarkan ingatan penonton, ditampilkan foto, percakapan, hingga tayangan video yang berhubungan dengan film sebelumnya. 
Tidak seperti Bourne versi Doug Liman, apalagi Paul Greengrass, yang penuh dengan adegan aksi yang diramu intens dan digeber sejak menit pertama, Gilroy memilih pendekatan lain untuk memulai kisah. Bagi yang mengharapkan The Bourne Legacy akan disesaki dengan adegan kejar-kejaran, baku hantam, dan ledakan tanpa jeda, maka bersiap untuk kecewa. Bourne versi Gilroy ini sangat ceriwis dalam bertutur. Sekitar 40 menit pertama, kesabaran penonton – terutama yang tidak menggemari film penuh dialog – benar-benar diuji. Dialog-dialog panjang digunakan untuk menghantarkan kisah. Kita dipertemukan dengan tokoh-tokoh lama macam Pamela Landy (Joan Allen), Noah Vosen (David Strathairn), dan Ezra Kramer (Scott Glenn), serta kehadiran tokoh anyar Eric Byer (Edward Norton), yang kebakaran jenggot saat mengetahui Jason Bourne masih hidup. Disampaikan dengan dialog serba panjang nan rumit yang seringkali terasa melelahkan untuk diikuti, maka kubu penonton hampir dapat dipastikan terbagi menjadi dua. Di satu sisi memuji kelihaian Gilroy dalam meramu sebuah kisah spionase dengan naskah yang tergarap cermat menimbulkan rasa penasaran, namun di sisi lain menyumpahi keputusan sang sutradara yang berlama-lama menggiring penonton dalam ketidakpastian. Hingga satu jam pertama, penonton masih belum mendapatkan info film ini akan bertutur mengenai apa. 
Ketegangan mulai terasa saat Dr. Donald Foite (Zeljko Ivanek) secara membabi buta membantai para staf dan peneliti di laboratorium, dan menyisakan Dr. Martha Shearing (Rachel Weisz) yang gagal dihabisinya. Belum pulih dari trauma berat, sekelompok orang menyantroni rumah Martha. Beruntung Aaron Cross berhasil menyelamatkan Martha tepat waktu. Setelah bak bik buk dan dar der dor, terungkap fakta bahwa Aaron adalah satu-satunya agen di Outcome yang selamat dan kini menjadi target buruan pemerintah yang tengah mengeliminasi sejumlah operasi rahasia di seluruh dunia. Dia mencari Martha demi memeroleh pil yang konon diciptakan untuk meningkatkan kinerja fisik dan otak. Gagal mendapatkan, mereka berdua pun terbang ke Manila dimana pabrik pemroduksi obat-obatan itu berlokasi. Setelah Cross dan Shearing mendarat di Manila, Anda mendapatkan apa yang Anda tunggu-tunggu sejak awal film. Dengan masih menerapkan style yang tidak jauh berbeda, minus kamera yang sekali ini tidak terlalu ‘bergoyang’, Gilroy membawa penonton ke dalam sebuah suguhan sinematik yang memukau. Adegan kejar-kejaran diramu dengan intens. Lompat sana, lompat sini, mengarungi perkampungan padat penduduk. Yang menjadi ‘highlight’ dari film ini tentunya adegan Cross menunggangi sepeda motor bersama Shearing menghindari kejaran seorang supersoldier yang diperintah Byer untuk menghabisi mereka berdua menembus lalu lintas Manila yang mengerikan. 
Tanpa ada upaya untuk mencontek ‘kemesraan’ antara Matt Damon dengan Julia Stiles dan Franka Potente, duet Jeremy Renner dan Rachel Weisz berhasil membawa daya tarik tersendiri. Tidak melakoni peran yang sama dengan Damon, membuat Renner terhindar dari ‘teori perbandingan’. Aaron Cross di tangan Renner, tampak gagah. Setelah tiga film besar yang melibatkan dirinya meledak dimana-mana, maka tidak sulit bagi dia untuk menggaet hati para produser untuk menempatkannya di garda depan film-film aksi berbujet besar setelah ini. Anda yang tidak menyukai sosok Renner pun sulit menampik bahwa dia adalah pilihan yang tepat untuk franchise ini. Dan melihat raihan Dollar yang masih terus menanjak, bukan sesuatu yang mengherankan jika sepak terjang Aaron Cross akan berlanjut ke seri-seri berikutnya. Bisa jadi, dia akan berkolaborasi dengan Jason Bourne. Who knows. Terlebih, The Bourne Legacy juga bukan produk yang gagal, dinilai dari berbagai segi. Melihat pencapaian film sebelumnya, maka sesuatu yang wajar jika publik berharap lebih kepada jilid keempat ini. Disamping itu, masih perlu waktu untuk beradaptasi dengan karakter baru bernama Aaron Cross ini. Pun begitu, The Bourne Legacy tidaklah mengecewakan. Dimulai dengan perlahan-lahan, Gilroy menutup The Bourne Legacy dengan aksi gila-gilaan serba cepat yang mendebarkan. Bersedia untuk menanti sekuelnya? Tentu saja.

Acceptable 


REVIEW: "Rise Of The Planet Of The Apes"


"Apes alone weak. Apes together strong."

Apa revolusi yang paling menggemparkan dunia? Bukan revolusi Perancis, revolusi Russia, revolusi Iran, apalagi revolusi industri. Ini benar-benar sesuatu yang tidak biasa dan aneh. Revolusi kera. Nah lho, bisa dibayangkan bagaimana kekacauan yang terjadi, bukan? Sekelompok primata mengamuk, menghancurkan bangunan-bangunan di perkotaan dengan membabi buta menuntut kebebasan dan perlakuan yang layak terhadap manusia. Walaupun hanya terjadi di film Hollywood terbaru, namun tidak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi di masa mendatang terutama ketika hari kiamat telah mendekat. Revolusi kera ini terjadi dalam film garapan Rupert Wyatt, Rise of the Planet of the Apes, yang merupakan film ketujuh dari franchise Apes. Mengingat Rise of the Planet of the Apes (selanjutnya akan saya sebut dengan ROTPOTA) adalah sebuah reboot, maka ROTPOTA tidak memiliki keterkaitan dengan Planet of the Apes garapan Tim Burton yang dikecam para kritikus tersebut. Apabila melihat dari sejarah franchise-nya, ROTPOTA sedikit banyak memiliki kemiripan alur dengan Conquest of the Planet of the Apes (1972). Menjadi semacam pertanda bahwa franchise ini akan kembali dilanjutkan.
Protagonis kita adalah Will Rodman (James Franco), seorang ilmuwan yang tengah melakukan eksperimen terhadap sejumlah simpanse demi menemukan cara untuk mengobati penyakit Alzheimer. Gen-Sys, perusahaan tempat Will bernaung, enggan memberikan suntikan dana pada eksperimen ini setelah salah satu simpanse bernama Bright Eyes mendadak menjadi liar dan membuat para investor merugi. Will yang putus asa kemudian merawat anak Bright Eyes, Caesar (Andy Serkis), seraya mencoba untuk menemukan ramuan obat Alzheimer yang lebih pas. Caesar pun dijadikannya sebagai kelinci percobaan. Tak dinyana, obat yang dikembangkan oleh Will ini memberi dampak yang luar biasa kepada Caesar. Dia tidak lagi menjadi simpanse biasa. Tingkah lakunya menyerupai manusia dan Caesar memahami bahasa isyarat. Semakin hari, Caesar menjadi semakin cerdas dan cerdas. Melihat respon yang positif seperti ini, Will menjajalnya pada sang ayah, Charles (John Lithgow) yang mengidap Alzheimer. Penyakitnya seketika lenyap dalam semalam. Atasan Will, Steven (David Oyewolo), yang semula mendepaknya langsung mengutusnya untuk mengembangkan obat ini. Namun keserakahan para manusia yang bertindak seolah-olah sebagai Tuhan ini akhirnya harus dibayar mahal. Caesar mulai memberontak dan kondisi Charles justru kembali memburuk. Setelah menyerang seorang pria yang memaki Charles, Caesar dikirim ke semacam tempat penampungan hewan yang lebih mirip seperti sebuah penjara. Dikomandoi oleh seseorang yang mirip Hannibal Lecter dan hadirnya Draco Malfoy versi kucel, ini jelas bukan tempat yang tepat bagi Caesar yang emosinya tengah labil.
Saya sama sekali tidak menduga ROTPOTA akan menjadi sebuah sajian yang sangat memuaskan. Diremehkan oleh banyak pihak ketika proyek ini pertama kali didengungkan, Rupert Wyatt sukses membungkam siapa saja yang awalnya memandang film buatannya ini dengan sebelah mata, termasuk saya. Saat materi promosinya dipublikasikan, ROTPOTA sudah terlihat menjanjikan. Film ini langsung bercokol di urutan pertama film yang paling saya nantikan kehadirannya di bulan Agustus lalu. Setelah berminggu-minggu lamanya mengalami kegalauan mengkhawatirkan ROTPOTA yang mungkin saja tidak akan ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia, minggu lalu saya bisa bernafas lega setelah 21 Cineplex dan Blitz memberi lampu hijau untuk film ini. Penantian saya pun terbayar lunas. Seperti halnya Star Trek garapan J.J. Abrams, ROTPOTA versi Wyatt ini telah membuat saya jatuh hati pada franchise Apes. Sebelumnya, saya tidak tertarik sama sekali. Naskah racikan Rick Jaffa dan Amanda Silver sebetulnya sederhana, akan tetapi penanganan Wyatt yang tepat adalah kuncinya. Wyatt tidak memusingkan penontonnya dengan istilah-istilah yang rumit agar ROTPOTA bisa disebut sebagai film science fiction berkualitas tinggi. Alur berjalan dengan menarik dan tidak bertele-tele. Saat Caesar berjuang untuk mendapatkan kebebasannya, tensi meningkat. Pada titik ini yang berkeliaran di pikiran saya adalah, “apakah ROTPOTA bisa disebut sebagai film horror?” Penjara primata ini tidak hanya menjadi momok bagi para primata, tetapi juga penonton. Kita turut merasakan apa yang mereka rasakan. Saat revolusi mulai bergejolak, kita dihadapkan pilihan antara membenarkan tindakan primata-primata ini atau justru mengutuknya. Wyatt dan tim berada dalam posisi netral, tidak membiarkan kita memihak salah satu pihak meski terkadang ada kalanya penonton akan lebih memilih mendukung tindakan para primata.
Sanjungan juga patut untuk dilayangkan kepada Andy Serkis dan CGI buatan WETA yang memesona. Andy Serkis bisa dikatakan sebagai dewa penyelamat. Departemen aktingnya sama sekali tidak istimewa. Cenderung datar malah. James Franco bermain di zona yang terlalu aman, Freida Pinto terasa sama sekali tidak penting dan duo Brian Cox plus Tom Felton tak ada bedanya dengan villain di film sejenis yang sangat menyebalkan yang adegan kematiannya dirancang untuk membuat penonton bersorak sorai. Beruntung, Wyatt memiliki Serkis. Setelah bermain apik sebagai Gollum di trilogy The Lord of the Rings dan menghidupkan kembali tokoh legendaris, King Kong, Serkis tampil mengesankan sebagai Caesar. Dia adalah bintang sesungguhnya di ROTPOTA. Apakah penampilan briliannya disini sudah cukup untuk membuat Serkis mendapatkan piala Oscar? We’ll see. Special effect dalam ROTPOTA memang tidak semewah seperti apa yang ditunjukkan oleh Transformers 3, namun tetap digarap rapi dan porsinya tidak berlebihan karena difungsikan hanya sebagai penunjang, bukan sebagai kebutuhan utama. Sesuatu yang sudah sangat jarang ditemukan dalam film-film berbujet besar saat ini. Wyatt dan tim tidak manja. Sekalipun difasilitasi dengan special effect yang canggih, naskah tetap diperhatikan dengan baik. Dengan kepuasan tiada tara yang saya dapatkan seusai menonton film ini, pantaslah rasanya saya menempatkan ROTPOTA ke dalam jajaran film terbaik tahun ini.
Exceeds Expectations

Makanan Yang Pasti Ada Saat Imlek

Gong Xi Fat Choi Doskoyan! :D, hari ini adalah hari pertama imlek, atau bisa disebut "NGENCHOJIT" tapi kayaknya tulisan aslinya "NianChoJit" Yang artinya hari pertama dalam tahun ya... Doskoy artiin sendiri sih, Nian berarti Tahun, Cho berarti (gak tahu...) sedangkan Jit berarti 1 jadi artinya "Hari Pertama Dalam Tahun".. udahlah, kali ini Doskoy mau ngebahas tentang Makanan dan Minuman yang pasti ada dalam Imlek, dan pastinya tahu dong apa aja... karna udah pada silahturami nih? haha, yuk dilihat! :)





EMPING
yang pertama ini emping, ada kutipan yang pernah Doskoy baca "gak ada Emping gak imlek" ya... gitu-gitu aja sih, rasa masinnya ya masin lho! Emping adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dengan cara menghancurkan bahan baku (biasanya terbuat dari biji melinjo) hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. lihat selengkapnya
tapi ada yang namanya emping manis, beda juga lho! yang satu MANIS yang satu lagi MASIN, ya dua-duanya biasanya ada dalam Imlek
Emping Biasa

Emping Manis

GETAS/KERITEK
siapa yang tak kenal makanan satu ini? banyak sih... lol :D. getas biasa berbentuk bulat dan balok(bisa dibilang lonjong). Kepulauan Bangka Belitung memang terkenal dengan wisata pantainya yang begitu eksotis. Namun disamping itu, provinsi yang baru berdiri pada tahun 2000 ini juga memiliki beragam kuliner yang sangat menggiurkan. Rasa yang begitu khas dari daerah ini tak mungkin terlupa begitu saja ketika Anda mencicipinya. lihat selengkapnya




KUE
yang namanya kue di perayaan manapun biasanya ada,

KEMPELANG/KEMPLANG
makanan satu ini bisa jadi sajian yang nikmat saat perayaan nikahan atau pernikahan, tapi kalau Imlek... jangan harap deh kalau makanan ringan satu ini bakal habis. Kemplang adalah kerupuk khas dari lampung, sumatera selatan dan sekitarnya, jadi kalo dibilang makanan khas lampung saya rasa gak juga karena daerah lain juga ada. Kerupuk ini cukup istimewa karena tidak digoreng dengan minyak melainkan di panggang sehingga tidak mengandung minyak goreng, ini bagus sekali buat yang mengurangi goreng-gorengan.
Lihat Selengkapnya





KACANG MENTE/MONYET

kacang yang satu ini sering ditemui dalam perayaan Imlek (ya iyalah Doskoy! trus judul diatas apa gunanya?)




BUAH-BUAHAN(JERUK)
 buah yang paling sering muncul ialah jeruk! meskipun yang lain banyak tapi yang sering muncul ialah jeruk lalu duku


gimana Doskoyan? benar gak yang Doskoy tulis? ;D


Sabtu, 09 Februari 2013

REVIEW: "Comme Un Chef"


"Tanpa cinta kita bukan apa-apa."

The Chef, atau dalam bahasa aslinya bertajuk Comme un chef, menjadi hidangan pembuka yang saya santap di pagelaran Festival Sinema Prancis tahun ini yang untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya tak menyambangi Semarang. Tidak ada sedikit pun pengharapan terhadap film ini selain menyimak hidangan-hidangan ala restoran mewah Prancis tertampang menggoda di layar lebar. Ya... selain film, musik, (sedikit) olahraga, saya juga sangat menggemari dunia kuliner. Sama sekali bukan seseorang yang dapat diandalkan kala tengah berakrobat di dapur, akan tetapi saya sangat mencintai makanan. Nyaris setiap acara masak memasak – baik berupa kompetisi, wisata kuliner atau hanya sekadar acara memasak mingguan – saya tonton. Dan itulah yang menjadi motivasi utama saat menyimak The Chef, mencari pemandangan yang sanggup melaparkan mata sekaligus perut. Ternyata, saya tidak hanya mendapatkan apa yang saya idamkan, namun lebih dari itu. Daniel Cohen mempersilahkan saya untuk masuk ke restorannya yang mewah dengan pelayanan yang ramah, makanan kelas atas bercita rasa tinggi, serta sebuah hiburan dari para ‘pelayan’ dan ‘koki’ yang menyegarkan. Anda pun dibebaskan untuk tertawa terbahak-bahak semaunya, bebas, suka-suka. Jelas sebuah ‘restoran kelas atas’ yang sangat cocok untuk dikunjungi siapapun yang murni mencari hiburan pelepas penat. 

Apa yang digelar oleh Daniel Cohen dalam film teranyarnya ini adalah pengamatan terhadap simbiosis mutualisme antara seorang chef kenamaan dengan pecinta kuliner yang penuh mimpi. Jean Reno yang baru saja kita saksikan aksinya dalam Alex Cross berperan sebagai Alexandre Lagarde, salah satu chef terbaik di Prancis, yang seolah telah melupakan tujuan awalnya dalam memasak sehingga sentuhan magisnya perlahan tapi pasti tanpa disadarinya memudar yang membuatnya tak bisa mengeksplor lebih dalam lagi kemampuannya. Stagnan. Bisa jadi, mungkin ini adalah saatnya dia undur diri dari pekerjaannya sebagai chef utama di resto bintang tiga, Cargo Lagarde? Dalam upayanya untuk mencari asisten baru, dia berjumpa dengan Jacky Bonnot (Michael Youn), seorang pecinta kuliner yang menyerupai Wikipedia berjalan. Setiap resep Alexandre, dia hafal di luar kepala. Bahkan, dia tak segan menyampaikan kritik kala chef idolanya tersebut tak patuh pada resep lama. Dengan karirnya yang tengah di ujung tanduk, Alexandre pun merekrut Jacky sebagai asistennya setelah melihat besarnya potensi yang dimiliki pria ini di dunia kuliner. Akan tetapi, segalanya tidak lantas berjalan dengan mulus. Cobaan menghadang dari seorang istri yang merasa dikhianati, seorang putri yang merasa ditelantarkan, dan grup pemegang saham yang kehilangan rasa kepercayaan. 

Sejak memulai introduksi dua tokoh utama kepada para penonton, The Chef telah menunjukkan tanda-tanda sebagai tontonan pengocok perut tiada henti. Benar saja, Daniel Cohen membawa kita kepada sebuah suguhan yang mampu menciptakan ledakan tawa tanpa henti hingga penghujung film. Dengan dikemas secara teatrikal, segalanya makin sempurna. Memakan waktu hanya 84 menit, film bergerak sangat cepat sehingga penonton pun tidak terjebak dalam kebosanan dengan jalinan kisah yang terkesan bertele-tele. Memang, pergerakan yang terlalu cepat menyebabkan penyampaian kisah menjadi serba terbatas dan kurang tergali lebih mendalam, akan tetapi, saya melihat bukan itu yang hendak dijadikan fokus oleh Daniel Cohen. The Chef seolah hanya ingin menjadi sebuah film yang dapat membuat siapapun tersenyum lebar serta meredakan kepenatan yang menghinggapi kala keluar dari gedung bioskop. Tidak ada tekanan atau beban untuk muncul sebagai sebuah hidangan restoran kelas tiga yang memperoleh pujian dari kritikus yang susah untuk diajak bersenang-senang, murni hanya demi menyenangkan penonton. 
Dalam pengisahan, sejatinya tidak ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan di sini. Tak banyak pula elemen kejutan yang disuntikkan ke dalam jalinan kisah yang mudah ditebak akan bermuara ke mana. Dengan begini, maka kunci keberhasilan bertumpu pada pengarahan sutradara, jajaran pemain, serta tentunya efektivitas guyonan yang digulirkan. Beruntung, Cohen mendapat pemain sekelas Jean Reno dan Michael Youn yang mampu bersinergi satu sama lain dalam menerjemahkan skrip garapan sang sutradara sehingga segala bentuk lawakan tak terperosok ke dalam slapstick yang kasar, garing, atau tolol, melainkan justru menyegarkan. Di samping bentuk candaan yang berhasil membuat perut kram, pemandangan makanan-makanan mewah yang bertebaran – kecuali untuk bagian molecular gastronomy – sanggup menyebabkan perut berdendang. Ingin sekali mencicipinya. Pesan positif nan klise seputar jangan pernah menyerah terhadap mimpimu seperti yang diperlihatkan oleh tokoh bernama Jacky Bonnot yang jatuh bangun membangun karir serta menerima serangkaian penolakan lantaran tak mampu menyesuaikan menu dengan selera konsumen, berhasil dihaturkan oleh Cohen tanpa kesan menceramahi. 
Pada akhirnya, The Chef atau Comme un chef ini rupanya tak sedatar yang saya duga. Mungkin dari segi penceritaan tak ada segala sesuatu yang baru, akan tetapi jika mengamatinya dari selera humor Daniel Cohen, maka menyimak The Chef bagaikan tengah menyantap hidangan molecular gastronomy. Penampilan luar yang menipu. Tak akan menduga bahwa The Chef sanggup tampil sebagai sebuah sajian berbintang 3 (dalam dunia kuliner) yang lezat, segar, jenaka, cerdas, sekaligus menyenangkan. Kepuasan konsumen pun berhasil didapatkan.

Exceeds Expectations 

Jumat, 08 Februari 2013

World of Goo: Game Unik Dengan Segudang Penghargaan

utaan goo balls (bola-bola kenyal) ini sangat senang bertualang. Mereka memiliki rasa penasaran yang sangat besar. Mereka ingin bertualang dari satu daerah ke daerah lainnya dengan memasuki pipa-pipa. Namun perjalanan mereka tidak mudah dan penuh bahaya. Bantu lah mereka untuk bertualang dan mengungkap cerita misterius yang ada! Welcome to World of Goo!
Rating Usia: Semua umur
Jumlah Pemain: 1
Platform: PC, Mac, Linux, Wii, iOS, Android, BlackBerry

Meraih Banyak Penghargaan

Game buatan 2D Boy ini telah mendapatkan banyak penghargaan dari industri game, seperti yang tertulis di bawah:
* Wii Game of the Year – IGN
* iPad Game of the Year – TouchArcade, MetaCritic
* Best Indie Game – Spike TV Video Game Awards
* Best Design – Academy of Interactive Arts and Sciences
* Best Downloadable Title – Game Developers Choice Awards
* Best Design – Independent Games Festival
* Technical Excellence – Independent Games Festival
* Best Indie Game – Spike TV Video Game Awards
* Game of the Year – Rock Paper Shotgun
* Game of the Year – GameTunnel
* Best PC Puzzle Game – IGN
* Best Wii Puzzle Game – IGN
* Best Artistic Design Wii – IGN
* Best New IP Wii – IGN
* Most Innovative Design Wii – IGN
* Puzzler of the Year – Golden Joystick Awards

Bangun Sesukamu di World of Goo!

Dalam game World Of Goo yang berjenis puzzle, ini kamu bertugas untuk membangun menara, jembatan, ataupun bangunan (hingga perahu!) yang terbuat dari goo balls untuk mencapai tujuan, yang biasanya berupa pipa yang akan menyedot goo balls hingga habis. Untuk memainkannya, kamu tinggal melakukan drag and drop supaya bisa mengambil goo balls dan membangunnya.
Goo balls pun ada beberapa jenis. Ada goo balls yang lebih kuat, ada yang bisa dibongkar pasang, ada pula goo balloon, yaitu goo balls yang bisa melayang. Selain itu kamu juga akan ditemani The Sign Painter, sosok misterius yang akan membantu kamu di setiap level, yang juga akan menarasikan cerita. Game ini juga memberikan mode sandbox di mana kamu bisa membuat menara goo balls setinggi-tingginya dengan goo balls sisa yang kamu dapatkan ketika kamu bermain.
Game ini memiliki gameplay yang sangat unik, dengan sifat goo balls yang agak elastis, kamu harus membuat bangunan yang tepat. Bangunan itu harus seimbang, kalau tidak, maka bangunan pun akan bengkok atau malah putus. Bangunan tersebut juga tidak boleh mengenai duri, atau bangunannya akan meletus. Di sini lah kreativitasmu akan dipakai, jenis bangunan yang akan kamu buat nanti, itu terserah kamu, maka dari itu, berkreasi lah! :)

Kenyal, Lucu, Hidup Lagi!

Dari segi grafis dan suara, game ini memiliki kualitas yang sangat baik. Setiap level memiliki lingkungan dan suara yang khas, yang sesuai dengan cerita ataupun suasana yang ingin dibangun oleh game ini. Karakter dan tema yang ada pun sangat khas dan lucu.
World of Goo memang sangat kental dengan fisika dan juga mendorong kita untuk kreatif. Gaya bercerita yang disajikan game ini pun sangat menarik dan membuat penasaran, membuat kita ingin menamatkannya untuk mengetahui keseluruhan cerita. Secara keseluruhan, game ini memang layak untuk mendapatkan banyak penghargaan. Kamu ingin mencoba kan tentunya? Di sini kamu bisa unduh semua versinya.

Kamis, 07 Februari 2013

REVIEW: "Fast Five"


"You only live once, lets do this!" - Roman
Siap untuk kembali mengikuti petualangan di jalanan bersama Dominic Toretto (Vin Diesel)? Maka, kencangkan sabuk pengaman Anda karena kali ini Dominic melakukan aksinya dengan lebih kencang, liar, menegangkan, dan tentunya tanpa otak. Franchise ini pun terus melanglang buana, setelah mengobrak abrik Amerika, Jepang, dan Mexico, kali ini Brazil siap untuk ditaklukkan. Mungkin pertanyaan terbesar dari calon penonton adalah, apa lagi yang bisa ditawarkan oleh franchise ini? Film sebelumnya, Fast & Furious, terbukti hanya menyajikan sebuah tontonan aksi yang kosong dan mudah dilupakan. Seperti halnya Dominic, saya pun lelah. Lelah jika franchise ini terus dilanjutkan tanpa ada perubahan yang berarti. Justin Lin dan Chris Morgan menyadari kesalahan yang telah mereka perbuat di Tokyo Drift dan Fast & Furious. Maka jika Anda berpikir bahwa sudah saatnya franchise ini diakhiri karena telah kehabisan bahan bakar, coba pikir lagi. Lin enggan untuk menutupnya dengan pahit. Fast Five atau Fast & Furious 5: Rio Heist (judul yang dipakai di Indonesia) mampu menawarkan sebuah hiburan yang sangat menyenangkan. Berkali-kali lipat lebih enak untuk dinikmati ketimbang Transformers 3 yang terlalu ribet.

Langsung melanjutkan dari ending Fast & Furious, Lin kembali membuka film dengan aksi di jalanan yang mengasyikkan. Sutradara yang satu ini tahu betul bagaimana cara memulai sebuah film aksi. Brian O’Conner (Paul Walker) dan Mia Toretto (Jordana Brewster) tidak akan membiarkan Dominic dikirim ke penjara. Dalam sebuah pembukaan yang singkat namun mendebarkan, mereka berhasil menggulingkan bis penjara. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, kecuali hilangnya satu narapidana paling diburu. Siapa lagi jika bukan Dominic. Akibat atas perbuatan mereka ini, Brian, Mia, dan Dom, pun menjadi buronan paling dicari. Mereka pun melarikan diri ke Rio de Janeiro, Brazil. Belum sempat merasakan kehidupan yang tenang, seorang kawan lama menawari pekerjaan yang berbahaya untuk mencuri tiga mobil dari kereta yang berjalan. Dalam keadaan tidak memiliki uang, mereka menerima pekerjaan ini. Namun segalanya menjadi tidak terkendali tatkala Zizi (Michael Irby), anak buah dari pemimpin kartel narkoba di Brazil, Hernan Reyes (Joaquim de Almeida), membunuh tiga agen DEA di kereta. Sementara Zizi berhasil lolos, ketiga jagoan kita ini malah menjadi tersangka utama. Pihak FBI pun meminta bantuan agen DSS, Luke Hobbs (Dwayne Johnson), untuk menangkap mereka.
Dalam pelarian, Mia mengaku kepada Brian dan Dominic bahwa dia sedang hamil. Dominic pun turut memberi pengakuan bahwa dia juga sudah lelah terus melarikan diri. Sebuah keputusan pun dibuat. Mereka akan melakukan aksi terakhir dengan merampok harta milik Hernan yang mencapai $100 juta. Tentu perampokan dengan skala besar ini tidak mungkin dilakukan dengan bermodalkan tiga orang saja. Maka film pun menjadi ajang reuni ketika anggota yang direkrut adalah tokoh-tokoh dari film sebelumnya. Film menjadi ramai dan tampaknya keluarga Toretto telah menjadi besar, bahkan sebelum Mia melahirkan. Hebatnya, Chris Morgan memberi setiap tokoh dengan porsi yang layak. Kehadiran muka-muka lama ini difungsikan dengan benar, bukan hanya sekadar untuk membuat Fast Five menjadi terlihat meriah. Ada kontribusi yang mereka sumbangkan terhadap film. Tyrese Gibson dan Ludacris, serta Tego Calderon dan Don Omar, mempunyai tujuan yang sama untuk memancing tawa penonton dengan celetukan mereka yang konyol dan segar. Tidak ada unsur dominasi atau karakter yang malah nampak menyebalkan ketimbang lucu. Tapi tetap saja selucu apapun Tyrese Gibson, bintang sesungguhnya di Fast Five adalah Dwayne Johnson atau The Rock. Kehadirannya disambut meriah oleh para penonton. Dia berhasil menciptakan klik dengan para sesepuh franchise. Jika ada yang terasa kurang nendang, maka itu adalah Elsa Pataky yang berperan sebagai Elena Neves. Chemistry-nya dengan Dominic terasa hambar. Belum mampu mengimbangi pesona Michelle Rodriguez. Sementara untuk villain-nya sendiri, digambarkan seperti di film aksi pada umumnya. Bengis dan menyebalkan, tapi bodoh.
Durasi 130 menit dimanfaatkan oleh Lin dengan bijaksana. Rio de Janeiro terlihat indah, meski Stephen F. Windon seharusnya bisa mengeksplor lebih. Windon terlalu asyik menyoroti pantat para gadis berbikini sih. Tapi setidaknya apa yang menjadi inti dari franchise ini tidak dilupakan, kebut-kebutan di jalanan dengan mobil bagus. Yang membuatnya menjadi terasa istimewa dibanding film-film sebelumnya adalah kali ini tidak hanya menyoal adu cepat dan perlawanan dengan pemimpin kartel saja, tetapi ada plot lain tentang perampokan. Ini seperti menyaksikan gabungan antara The Fast & The Furious dengan The Italian Job. Bagusnya, untuk bisa mendapat ketegangan ini penonton tidak perlu menunggunya di 30 menit terakhir karena Lin dan Morgan dengan sangat murah hati telah menggebernya sejak menit awal. Tapi tentu saja klimaks yang melibatkan sebuah brankas adalah yang paling mendebarkan. Untuk menciptakan adegan seseru ini yang membuat Rio de Janeiro terlihat seperti puing, tidak membutuhkan sentuhan special effects yang berlebihan. Dalam sebuah video yang dirilis oleh pihak studio, adegan aksi yang terjadi menjelang ending ini dilakukan tanpa bantuan dari tim special effects. Sungguh mengesankan. Setelah kekacauan demi kekacauan yang terjadi sepanjang film, dalam artian positif, Fast Five langsung menyeruak ke posisi puncak dengan label sebagai film terbaik dalam seri The Fast & The Furious. Penuh dengan aksi yang seru, humor yang lucu, twist yang bagus dan tentu saja para pemain yang solid. Inilah hiburan yang sesungguhnya, meskipun terlalu banyak kemustahilan disana sini. Jika Anda menyaksikan film ini di bioskop, bersabarlah sedikit saat closing credit mulai bergulir. Ada kejutan manis bagi Anda yang menonton film ini dengan tuntas.
Exceeds Expectations

Trainer(Cheat) "Plants Vs Zombies"

Pagi Doskoyan :)

 Postingan kali ini, karena ada pengunjung Doskoy yang menurut Doskoy (WATDEFAK) banget!! jadi untuk memberinya pelajaran Doskoy akan memposting artikel ini yakni



CHEAT PLANTS VS ZOMBIES
biar tahu rasa, dipostingan sebelumnya Doskoy pernah menyinggung tentang 5 formasi mematikan dalam Game Plants vz Zombies dan setelah dipublikasi ada pengunjung Doskoy yang mengomentari "Cheater wkwkwkwk" mungkin sekali cukup ya??? tapi ini udah 4 kali dan isinya juga sama! jadi terpaksa Doskoy menandai SPAM.


berikut ini link DOWNLOAD CHEAT/TRAINER
sementara itu ini adalah petunjuknya, dalam bahasa inggris sih,
                       

.___________      

_________.            
                       

.___  /___(_)________ 

____/____________.
                       

.__  / __  /__  __ \  / __

_  __ \_  __ \.
                        ._

 /___  / _  / / / /_/ / /

/_/ /  / / /.
                       

./_____/_/  /_/ /_/\____/ 

\____//_/ /_/.
**************************

**************************

**************************

**************************

****
                          

           Presents:
                          

Plants vs. Zombies +4

Trainer Info
                          

-------------------------

---------
Info:
-----
F1 - Unlimited Sun Points 

    -          Gives you

unlimited  sun Points

F2 - Give Money $999.990  

    -          Gives you

$999.990 on your bank

acount   lol....

F3 - Plant Slots Always

Open   -          No need

to wait for plant slots to

recharge

F4 - One Hit Kill Zombies 

    -          Kills most

zombies instantly

-------------------------

-------------------------

-------------------------

-------------------------

--------




trainer Specific Hotkeys:

Home - Info               

    -          Launches

Trainer quick Info

F11 - Minimize Trainer    

    -          Minimizes

Trainer

F12 - Music               

    -          Turns Music

on Off

Escape or double click to

exit Trainer

-------------------------

-------------------------

-------------------------

-------------------------

--------
How to Use:

launch game first then use

hotkeys above
-------------------------

-------------------------

-------------------------

-------------------------

--------


Greetings to everyone in

the training scene!
and special thanks to the

people at TWOGH
Created a quick triner for

this game as a request ,

decided to update it a bit

more just for fun.
Well another trainer has

been born:)
Enjoy  and have fun! :)

/LinGon

Release date: 15 May 2009
Author: Lingon Aka/Dinotec
Software type: Game

Trainer
Works with retail version

Should work with others

perhapse aswell, dont

know, dont blame me.

**************************

**************************

**************************

**************************

****


REVIEW: "Black Swan"

"I just want to be perfect." - Nina

Darren Aronofsky paham betul bagaimana cara membuat film horror / thriller yang baik tanpa harus melibatkan dedemit, pembunuh berdarah dingin maupun rumah angker. Aronofsky menyadari bahwa sesungguhnya hati dan pikiran manusia jauh lebih mengerikan daripada makhluk halus dan tersimpan berbagai misteri di dalamnya yang hanya diketahui oleh sang empunya dan Tuhan saja. Jika hati dan pikiran tidak dijaga dengan baik, maka jiwa dapat dengan mudah dirasuki oleh kekuatan jahat yang tak terbayangkan. Black Swan adalah sebuah cara dari Aronofsky untuk menyampaikan pesannya kepada masyarakat luas bahwasanya manusialah yang harus ditakuti, bukan setan. Pada dasarnya, setan itu adalah manusia sendiri dengan segala tipu daya dan kepalsuan. Ah, rumit sekali. Ya, Black Swan memang rumit dan ini tidak sekadar film drama pshycological biasa dengan bumbu thriller dan horror agar terlihat mencekam, namun ada yang lebih dari itu. Namun tentu saja Aronofsky tidak membuatnya serumit Inception meski jelas ini bukan tipe film yang bisa dibilang ringan.

Black Swan sendiri dikisahkan sebagai kembaran dari White Swan dalam pertunjukkan balet bertajuk Swan Lake gubahan Tchaikovsky yang harus dimainkan dengan baik oleh Nina (Natalie Portman) atau dia akan kehilangan perannya ini. Interpretasinya terhadap White Swan memang sudah bagus, namun dia masih dianggap kaku oleh Thomas Leroy (Vincent Cassel), sang sutradara, saat berubah menjadi Black Swan. Disinilah kondisi psikologis Nina perlahan mulai terganggu tatkala dia berupaya terlalu keras untuk menjadi sempurna dan memuaskan semua orang. Perannya sebagai Swan Queen perlahan mulai mencampuri kehidupan pribadinya dan Nina tak bisa lagi membedakan mana kenyataan dan mana yang sekedar ilusi. Sosok ibu (Barbara Hershey) yang seharusnya menjadi pelindung dan pendukung justru malah justru menjadi penyebab utama rusaknya mental Nina dengan segala kekangan dan tekanan. Hadirnya pendatang baru berbakat di New York City company, Lily (Mila Kunis), membuat segalanya menjadi rumit. Lily menawari Nina minuman beralkohol, narkoba, badan bertato hingga seks bebas yang liar. Leroy juga sempat mempertimbangkan Lily sebagai pengganti Nina setelah melihatnya mampu memainkan Black Swan dengan apik. Segala macam kegilaan, tekanan dan ketakutan ini pada akhirnya memuncak hingga kemudian Nina bertemu dengan sesosok doppelgänger yang terus menghantuinya.

Sebuah film thriller psikologikal yang menegangkan sekaligus mencekam berhasil diciptakan dengan sangat menawan oleh Darren Aronofsky. Sepanjang 108 menit, tak sekalipun ada momen yang membuat penonton merasa bosan atau terkantuk - kantuk, namun yang ada justru rasa penasaran yang terus meningkat tensinya di setiap menit. Salah besar jika kalian menganggap Black Swan hanyalah drama biasa yang bertutur mengenai seorang penari balet yang hidupnya penuh tekanan. Berbeda dengan karya Aronofsky sebelumnya, The Wrestler, aroma horror dan thriller justru kental terasa di Black Swan. Misteri demi misteri digulirkan oleh Aronofsky hingga memuncak di klimaks film yang mencegangkan sekaligus mengagumkan. Adegan transformasi Nina menjadi Black Swan merupakan salah satu adegan film terbaik di tahun 2010 yang menggabungkan antara special effect yang mulus, sinematografi yang indah dan editing yang cermat. Siapapun rasanya akan dibuat kagum sekaligus miris melihat adegan yang cantik ini. Oh iya, hampir saja lupa menyinggung ilustrasi musik dari Clint Mansell yang sangat indah dan memukau itu. Hingga film berakhir pun, musik gubahan Mansell ini terus terngiang di telinga dan masih sulit dilupakan hingga beberapa hari ke depan.


Sukses membuat Ellen Burstyn bersinar di Requiem for a Dream dan Mickey Rourke bermain gemilang di The Wrestler, kini saatnya bagi Natalie Portman menjadi 'korban' Aronofsky berikutnya. Sekali ini tak hanya Portman yang kebagian durian runtuh, tetapi juga Mila Kunis yang sebelumnya terbiasa bermain di film remaja ringan. Meski harus menempuh 6 bulan pelatihan fisik dan ballet yang melelahkan, bahkan kabarnya Portman sempat mengalami depresi, toh pada akhirnya segala pengorbanan itu berhasil terbayar dengan memuaskan. Portman bermain sangat meyakinkan sebagai Nina yang hidupnya didominasi oleh kepedihan, ketakutan dan halusinasi. Seorang gadis lugu yang hancur kehidupannya karena harapan dan mimpi yang terlalu muluk - muluk serta ketakutan yang berlebihan. Sulit membayangkan peran ini dibawakan oleh aktris lain. Sekali lagi, Darren Aronofsky sukses melakukan tugasnya dengan sangat baik.


Black Swan mungkin bukan yang terbaik di genrenya, namun apa yang dihasilkan oleh Aronofsky ini melebihi harapan siapapun yang menontonnya, terutama dengan penampilan cantik dari Natalie Portman. Mungkin tak semua orang puas dengan ending film ini, sebaliknya justru gemas dengan cara penyelesaian Aronofsky. Namun saya merasa justru memang seharusnya seperti ini Black Swan diakhiri. Pertanyaan akan segala misteri tak serta merta dijawab secara gamblang, penonton diminta untuk menafsirkannya sendiri. Misterius adalah kunci yang menjadikan Black Swan terasa menarik. Apa menariknya jika kemudian Aronofsky menjelaskan semuanya dengan panjang lebar ? Pada akhirnya, Black Swan tidak hanya menjadi pencapaian tertinggi bagi Portman dan Aronofsky, tetapi juga membuat Kunis, Cassell, Hershey dan Winona Ryder kembali ke posisi yang patut diperhitungkan di Hollywood. Black Swan dengan segala keindahan, kemisteriusan dan kejutannya, sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Outstanding


Trailer :